RumahZakat Salurkan Bantuan dan Pendampingan Pelaku Usaha. Berikut ini adalah beberapa kisah ulama salaf dalam mencari ilmu: 1. Jabir bin Abdullah. Dalam kitab Shahih Bukhari, disebutkan bahwa Jabir melakukan perjalanan selama satu bulan untuk menemui Abdullah bin Anis demi memperoleh salah satu hadits dari shahih Bukhari. 2. Ibnu Abbas.
Kisahyang termuat dalam kitab al-Adab al-Mufradkarya Imam Bukhari itu, menggambarkan betapa seriusnya para ulama pada zaman dulu dalam mengejar ilmu dan kebenaran. Jarak yang jauh tak menjadi halangan. Jabir merasa bertanggung jawab untuk mengungkap kebenaran dari sebuah hadis yang diketahuinya.
PentingnyaKeikhlasan dalam Menuntut Ilmu. · Rab 5 Muharram 1444H. Oleh Adam Jogja dan Muh. Naufal Jember, Takmili. Ikhlas merupakan syarat diterimanya ibadah, termasuk dalam menuntut ilmu. Yang mana, menuntut ilmu syar'i adalah jihad yang paling utama di zaman ini. Tapi, seberapa pentingnya ikhlas dalam menuntut ilmu?
Kesabarandan Kesungguhan Menuntut Ilmu Ibnu Thahir al-Maqdisy berkata: Aku dua kali kencing darah dalam menuntut ilmu hadits, sekali di Baghdad dan sekali di Mekkah. Aku berjalan bertelanjang kaki di panas terik matahari dan tidak berkendaraan dalam menuntut ilmu hadits sambil memanggul kitab-kitab di punggungku. Belajar Setiap Hari
Maka Sufyan Ats-Tsauri bersembunyi di Mekah dan tidak muncul di hadapan khalayak. Pada waktu itu, ia mengalami kemiskinan dan kesulitan hidup yang sangat berat. Saat ia dalam keadaan miskin dan sulit ini, saudara perempuannya mengirimkan sekantong khusykananaj kepadanya dari Kuffah melalui kawannya, Abu Syihab Al-Hannath.
Vay Nhanh Fast Money. Oleh Hannan Majid Purwokerto, Takhasus Kisah para sahabat terdahulu amatlah pantas untuk kita ambil pelajaran dan motivasi darinya. Membaca kisah mereka akan menambah iman dan melejitkan semangat, biidznillah. Di antaranya adalah kisah yang akan kita renungi ini. Kisah penggugah kesabaran yang insya Allah akan melambungkan semangat kita dalam menuntut ilmu. Namun sebelum membaca kisah tersebut, alangkah baiknya jika sedikit mengulas tentang kesabaran dengan makna yang luas. Kesabaran, Sebuah Amalan Besar Sabar, sebuah kata yang mudah diucapkan, sering terdengar, namun sangat berat untuk mengamalkannya. Sabar, sebuah nasihat yang mungkin sudah pernah tertulis berulang kali dalam artikel para santri. Bosan memang, kalau kita terus membaca dan mendengarkan nasihat ini. Namun karena pentingnya sabar dalam hidup seorang mukmin, tak mengapa lah kita kembali mengulangnya agar menjadi pengingat bagi kita semua. Sabar itu konsekuensinya berat, menahan hati, lisan, dan anggota badan dari hal-hal yang haram yang biasanya jiwa kita malah cenderung menginginkannya. Atau menahan diri dan menerima hal-hal tidak mengenakkan yang menimpa kita. Tidak hanya itu, bahkan terkadang untuk bersabar kita harus mengorbankan perasaan. Tak heran, Allah menjanjikan pahala yang besar bagi mereka yang mampu bersabar. Dalam ayat-Nya Dia mengatakan, إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” Az-Zumar 10 Sabar bagi seorang mukmin merupakan suatu keharusan, yang selalu menemani dan mengiringinya di saat musibah itu datang menghadang. Itulah yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam sabdakan, عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ “Betapa menakjubkannya urusan seorang mukmin, semua urusannya baik. Dan hal itu tidak ada pada selain mereka. Apabila kebahagiaan menghampirinya, ia bersyukur, maka itu kebaikan baginya. Apabila musibah datang menimpanya, ia bersabar, maka itu pun kebaikan baginya.” HR. Muslim no. 2999 Memang benar, sabar itu selalu ada di saat ujian menimpa mereka, di setiap waktu dan tempat. Namun yang lebih dari itu adalah sabar dalam thalabul ilmi, di saat mempelajari ilmu agama. Kenapa? Karena thalabul ilmi adalah amalan yang besar, panjang perjalanannya, tidak hanya selesai dalam dua atau tiga tahun saja. Di sana perlu perjuangan sekuat tenaga untuk tetap istikamah dan tegar dalam menghadapi berbagai rintangan dan lika-liku yang ada. Jauhnya dari orang tua dan kerabat, minimnya harta, kurangnya kemampuan dalam menghafal dan memahami, gangguan teman, kerasnya sikap guru, dan seabrek halangan lainnya. Sekarang, marilah kita membaca kisah penggugah kesabaran, yang semoga dapat menjadi inspirasi bagi kita semua. Klik laman selanjutnya di bawah Baca Juga Spirit Thalabul Ilmi
1. Jabir bin Abdullah2. Syekh Ibrahim Al Misr3. Imam As Sarkhawi4. Ali bin al-Hasan bin Syaqiq5. Abdurahman bin Qasim al-Utaqa al-Mishr, sahabat Malik dan Laits SAHABAT mulia Islapos, muslim dituntut untuk senantiasa menimba ilmu, sebagaimana ulama-ulama terdahulu. Mereka gigih menuntut ilmu. Siapa dan bagaimana para ulama tersebut menuntut ilmu? Lantas, apa keutamaan menuntut ilmu hingga kedudukannya begitu penting dalam Islam? Para ulama enggan menyia-nyiakan waktu hidupnya sedikitpun. Mereka gigih dalam menuntut ilmu kendatipun harus menempuh perjalanan yang jauh. Berikut beberapa ulama tersebut 1 Jabir bin Abdullah Jabir bin Abdullah sangat tertarik dengan sebuah hadis yang menggambarkan suasana Padang Mahsyar. Ahli hadis terkemuka pada abad ke-1 H itu pun mencoba menelusuri kebenaran sabda Nabi SAW itu. Sayangnya, orang yang meriwayatkan hadis itu telah hijrah dan menetap di Syam kini Suriah. Padahal, Jabir menetap di Hijaz, sekarang masuk wilayah Arab Saudi. Periwayat hadis itu tak patah semangat. Jarak antara Hijaz dan Syam yang begitu jauh, tak menciutkan tekadnya untuk menelisik kebenaran hadis itu. Jabir lalu membeli sebuah unta. Ia pun mengarungi ganasnya padang pasir demi mencapai Syam. Perjalanan menuju kota itu tak cukup sepekan. Ia menghabiskan waktu selama satu bulan untuk bertemu sahabat Nabi SAW yang meriwayatkan hadis yang ingin diketahuinya. 2 Syekh Ibrahim Al Misr Syekh Ibrahim Al Misr tetap menuntut ilmu kendatipun harus menempuh perjalanan dari Mesir ke Madinah untuk mengaji kepada Imam Malik hingga 18 tahun. 3 Imam As Sarkhawi Imam As Sarkhawi selalu mengikuti kemanapun gurunya yakni Ibnu Hajar al Asqalani. Dia tak mau terlewatkan satu pun fadilah ilmu yang disampaikan gurunya itu. 4 Ali bin al-Hasan bin Syaqiq Ali sering kali tak tidur di malam hari. Pernah suatu ketika, gurunya, Abdullah bin al-Mubarok, mengajaknya ber- muzakarahketika malam di pintu masjid. Padahal, saat itu cuacanya sangat tidak bersahabat. Udara dingin menusuk tulang. Ia bersama sang guru berdiskusi sampai waktu fajar tiba, tepat saat muazin mengumandangkan azan. 5 Abdurahman bin Qasim al-Utaqa al-Mishr, sahabat Malik dan Laits Demi menemukan persoalan dan hendak mencari jawabannya dari Malik bin Anas, Abdurahman bin Qasim kerap mendatangi Malik tiap waktu sahur tiba agar tak kecolongan, Ibnu al-Qasim tiba sebelum waktu sahur. Tak jarang Ibnu al-Qasim membawa bantal dan tidur di depan rumah Malik. BACA JUGA Syaikh Ahmad Izzah Al-Andalusy, Kisah Algojo yang Jadi Ulama Besar Masih banyak lagi contoh kesungguhan para ulama dalam menuntut ilmu. Lebih lanjut, dalam riwayat lain Rasulullah SAW mengatakan, umat akan terus tegak dalam menjalankan perintah Allah SWT. Tidak akan ada yang bisa memberikan kemudaratan pada mereka sampai hari kiamat. Ada beragam penjelasan ulama dalam memaknai umat. Sebagian ulama ada yang menyebut adalah mereka yang berpegang teguh kepada sunnah ajaran Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, Imam Bukhari berpendapat yang dimaksud adalah ahli ilmu. Sedangkan menurut Imam Ahmad kata umat dalam hadits tersebut adalah ahli hadits. Namun, kebanyakan ulama sependapat dengan Imam Nawawi yang mengatakan bahwa yang dimaksud umat disitu adalah orang-orang mukmin baik itu ahli hadits, ahli fiqih, ahli jihad, ahli zuhud, dan dalam bidang lainnya yang menyebar keberadaannya di tengah orang-orang mukmin lainnya. Menurut habib Abubakar, orang-orang yang duduk di majelis ilmu telah mendapatkan taufik dari Allah SWT. Artinya Allah SWT menghendaki kebaikan pada orang-orang yang duduk di majelis ilmu sehingga mudah masuk ke dalam surga. Sementara itu Habib Abubakar mengatakan dalam riwayat lain terdapat hadits yang menerangkan bahwa barangsiapa yang Allah SWT kehendaki mendapatkan kebaikan maka orang itu akan mendapatkan diberikan pemahaman oleh Allah SWT untuk mengerti tentang ilmu agama. Habib Abubakar mengatakan kebaikan yang dikehendaki Allah SWT pada orang-orang yang mau menuntut ilmu adalah segala macam kebaikan baik itu kebaikan dunia dan akhirat. Maka orang yang memahami ilmu agama tanda dikehendaki Allah SWT untuk mencapai husnul khatimah. Oleh karena itu dalam riwayat tersebut ditegaskan juga bahwa ilmu itu diperoleh dengan proses belajar atau upaya terus menerus dalam thalabul ilmi. “Tidak bisa orang dapat ilmu dengan duduk saja, tirakat saja, kemudian nunggu ilmu laduni. Untuk dapat ilmu laduni itu harus belajar dulu. Giat belajar, ngaji nanti diberkan futuh, dibukakan Allah SWT baru diberikan ilmu laduni,” jelas Habib Abubakar Assegaf dalam pengajian rutin di Masjid Agung Al Anwar Kota Pasuruan yang juga disiarkan Sunsal TV media resmi Pondok Pesantren Sunniyah Salafiyah yang dipimpin Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf. Dalam riwayat lainnya, Habib Abubakar menjelaskan bahwa duduknya seorang hamba di majelis ilmu lebih baik dibanding melaksanakan ibadah sunnah selama enam puluh tahun. Ini menunjukan besarnya keutamaan menuntut ilmu hingga bobot pahalanya lebih besar dari menjalankan ibadah sunah berpuluh-puluh tahun. [] SUMBER REPUBLIKA
Kisah Abdullah bin Abbas-Salah satu sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam yang mulia, Beliau adalah Tinta Ummat, lautan ilmu yang luas, serta fuqoha’ nya sahabat radliyallahu anhum, Imam Tafir. Tiada yang meragukan kedudukan Beliau di sisi Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam begitu pula keluasan ilmunya. Ya, Abdullah bin Abbas dikenal sebagai sahabat didikan Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam yang paling faham tentang al Qur’an dan yang paling mengetahui rahasia-rahasia al Qur’an. Apa rahasianya? Mari kita ikuti pelan-pelan kisah Abdullah bin Abbas Sang Tinta Ummat. Kami mulai dari.. Nama dan Nasab Abdullah bin Abbas Beliau adalah Abdullah bin al Abbas bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al Qurasyi al Hasyimi. Nasab Beliau sangat dekat dengan nasab Baginda Rasulullah shallallhu alaihi wasallam, karna ayahnua al Abbas bin Abdul Muttalib adalah paman Nabi -shallallahu alaihi wasallam. Sehingga bisa dikatakan ia adalah sepupu dari Baginda yang mulia Nabi Muhammad -Shalallahu alaihi wassalam. Sedangkan ibunya adalah Ummu al Fadl Lubanah binti al Harits al Hilaliyah -radliyallahu anha-, saudari Ummul Mu’minin Maimunah binti al Harits al Hilaliyah -radliyallahu anha-. Kisah Kelahiran Abdullah bin Abbas Abdullah bin Abbas dilahirkan 3 tahun sebelum hijrah, tepatnya saat Bani Hasyim diuji dengan ujian yang berat yaitu pemboikotan oleh kaum Quraisy di Syi’ib atau lembah milik Abdul Muttalib. Ketika sang Ibu melahirkan Abdullah Ia membawanya kepada Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam, kemudian Beliau mentahniqnya dengan ludah Beliau, sehingga ludah Rasulullah langsung masuk ke dalam mulut Abdullah bin Abbas. Maka Tak heran bila masuk pula ketakwaan serta hikmah yang luar biasa ke dalam pribadi Abdullah. Untaian Do’a dari Insan Termulia Tatkala Abdullah bin Abbas telah menginjak usia tamyiz usia tujuh tahun ia banyak mengiringi Rasulullah -Shalallahu alaihi wassalam- dan bahkan melayani Beliau -shallallahu alaihi wasallam- sehingga Abdullah puas meminum air hikmah yang memancar dari lisan mulia Baginda Rasulullah -Shalallahu alaihi wassalam-. Guru Patut Mendoakannya, Sebagaimana Nabi Mengajarkan... Suatu ketika Abdullah bin Abbas menginap di rumah bibinya Maimunah –radliyallahu anha-, di rumah maimunah Abbas menyiapkan secawan air untuk mandi Rasulullah. Tatkala Rasul hendak mandi, beliau bertanya "Siapa gerangan yang menyiapkan air ini?" Orang-orang yang disekitarnya menjawab, "Abdullah yang menyiapkannya" Lalu mengalirlah untaian doa kebaikan dari mulut mulia Beliau –Shalallahu alaihi wassalam- untuk sang anak berhati mulia Abdullah bin Abbas "Yaa Allah, ajarkan ia Tafsir ayat-ayatmu, serta anugerahkan ia ilmu agama yang mendalam" Berulang kali untaian doa kebaikan mengalir indah dari mulut Baginda –Shalallahu alaihi wassalam- untuk Abdullah –radliyallahu anhuma. Sehingga tak heran bila keberkahan doa ini terus mengalir kepadanya. Mulianya Abdullah bin Abbas Sungguh betapa harum namanya, teramat manis lisan menyebutnya, sebagai imamul mufassirin, sebagai habrul ummah, sebagai faqihul asr, sebagai turjumanil qur’an, dan banyak lagi gelar-gelar mulia yang disematkan kepadanya. Keteladanan dalam Menuntut Ilmu Decak kagum tak terelakkan bila menengok perjalanan menuntut ilmu pemuda ini. Ia kerahkan daya serta upaya untuk memenuhi obsesi yang seakan tak pernah mati. Ilmu yang shahih serta pengetahuan yang sangat tinggi menjadikan obsesi terbesarnya. Otak yang cerdik serta hati yang jernih selalu menemaninya dalam perjalanan menuntut ilmunya. Sejak usia tamyiz umur 7 tahun ia selalu di sisi Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam untuk terus mendulang faidah serta ilmu dari Beliau. Walaupun di usia belia ia ditinggal wafat oleh Rasulullah yaitu di usianya yang ke 13 tahun, ia telah mampu menghafal serta meriwayatkan 1660 hadits dari rasulullah serta menguasai kitabullah beserta tafsir dan rahasia-rahasia yang ada didalamnya yang tak banyak orang memahaminya. Seakan tak percaya.. bila kita hitung kebersamaan ia dengan Rasulullah hanya sekitar 6 tahun, itu pun di usia yang sangat belia. Adakah pencapaian yang lebih unggul?? Lantas, Adakah konsep pendidikan terbaik selain konsep dari Rasulullah? yang telah berhasil mencetak generasi sekualitas Abdullah bin Abbas. Murid yang Menerapkan Konsep Gurunya.. Merasa belum puas dengan pencapaiannya, pemuda ini melanjutkan rihlahnya menuntut ilmu kepada para sahabat senior Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam Dengan kerendahan hatinya ia muliakan para gurunya walaupun ia sendiri adalah orang yang mulia dihadapan mereka. Ia rela memposisikan dirinya dihadapan gurunya sebagaimana seorang budak dihadapan tuannya. Sebagaimana yang terjadi kepada gurunya yaitu Zaid bin Tsabit –radliyallahu anhu- seorang sahabat mulia, sang penulis wahyu, seorang ahli qadha, fiqih, dan ilmu waris.. Ketika Itu Zaid bin Tsabit hendak menunggangi kudanya, lalu Abdullah langsung berdiri dihadapannya memegangi kendali kudanya sebagaimana seorang budak yang berdiri memegangi kendali kuda tuannya saat tuannya hendak menaiki kudanya. Melihat apa yang dilakukan sepupu Rasulullah itu terhadapnya, Zaid bin Tsabit pun merasa sungkan dibuatnya seraya berkata "Tak pantas kau lakukan itu wahai sepupu Rasulullah”, lantas Ibnu Abbas menjawab 'Seperti inilah kami diajarkan untuk menghormati guru', kemudian Zaid pun berkata 'perlihatkan tanganmu kepadaku', lalu Ibnu Abbas memberikan tangannya kepada Zaid, dengan serta merta diciumnyalah tangan Abdullah seraya berujar 'beginilah kami diajarkan menghormati ahlu bait nabi." Di lain waktu, ketika Abdullah mendengar ada satu hadits yang dimiliki oleh salah satu dari sahabat Rasulullah, ia pun mendatanginya pada waktu qoilulah dan sahabat tersebut sedang tidur. Ia bentangkan selendang didepan pintunya kemudian ia rebahkan tubuhnya di atas selendang tersebut untuk menunggu pemilik rumah membuka pintunya, debu-debu beterbangan di atas tubuhnya tertiup angin panas kota madinah, padahal kalau pun seandainya ia mau mengetuk pintu rumah tersebut niscaya ia akan dibukakan dan dipenuhi hajatnya, akan tetapi ia enggan melakukannya demi menghormati ulama. Tatkala pemilik rumah tersebut bangun dan membuka pintu serta keluar dan melihat keadaan Abdullah yang demikian, maka ia pun berkata kepada Abdullah "Wahai sepupu Rasulullah, mengapa gerangan datang kemari?, tidakkah Engkau kirim surat saja kepadaku agar aku yang datang kepada Engkau?", Abdullah pun menjawab "Aku yang lebih pantas datang kepadamu, ilmu itu didatangi bukan mendatangi". Kemudian ia menanyakan hadits yang dimaksud. Potret indah dari seorang pemuda mulia dalam menuntut ilmu. Sungguh masa muda yang indah, dipenuhi keberkahan serta kemuliaan dalam ketaatan serta kesungguhan dalam menuntut ilmu. Mengingatkan kita akan sebuah hikmah dari lisan baginda tercinta سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله ........... و شاب نشأ في عبادة الله، ................ "Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah pada hari tiada naungan kecuali naunganNya diantaranya pemuda yang tumbuh dalam ibadah serta ketaatan kepada Allah, ........." Kedalaman Pemahaman Abdullah Terhadab Kitabullah dan Kedalaman ilmunya bagai samudra yang luas dan memberikan banyak manfaat kepada manusia. Pemahamannya terhadap kitabullah telah diakui oleh berbagai kalangan, itu terbukti beliau selalu dijadikan rujukan dalam masalah-masalah pelik oleh para Khulafa’ur Rasyidin. Sahabat yang mulia serta Khalifah Rasyidah kedua, Umar bin al Khattab –radliyallahu anhu-, begitu menghormati dan memuliyakannya. Dalam berbagai masalah beliau banyak mendahulukan pendapat Abdullah bin Abbas ketimbang pendapat sahabat-sahabat yang lain yang lebih lama menemani Rasulullah, sehingga tak elak bila sebagian dari sahabat muhajirin bertanya-tanya ada apa gerangan sang khalifah selalu mendahulukan pendapat pemuda ini dibanding sahabat-sahabat senior Rasulullah yang kala itu masih hidup dan tak diragukan kedekatan mereka dengan Rasulullah. Maka Khalifah Umar mengumpulkan mereka, untuk menunjukkan pada mereka kelebihan Ibnu Abbas. di antara mereka terdapat pula sahabat-sahabat yang mengikuti perang badar. Sang Khalifah pun bertanya kepada mereka, "Adakah yang berkomentar tentang firman Allah-subhanahu wata’ala- surat An Nashr?" إذا جاء نصر الله و الفتح Angkat bicaralah sebagian mereka, "Allah memerintahkan Nabi-Nya tatkala melihat manusia berbondong-bondong masuk islam untuk memuji serta beristighfar kepada-Nya" Tak puas dengan jawaban ini Sang Khalifah berkata kepada Ibnu Abbas "Wahai Putra Abbas, bicaralah!". Maka Ibnu Abbas pun angkat bicara, "Yang aku fahami dari surat ini adalah pertanda dekatnya ajal Baginda Rasulullah, maka Allah perintahkan untuk banyak bertahmid serta beristighfar" Sungguh mencengangkan mata yang memandang, begitu dalamnya pemahaman sepupu Rasulullah ini terhadap al Qur’an. Tatkala datang kemenangan-demi kemenangan, pembukaan demi pembukaan, serta manusia berbondong-bondong untuk memeluk agama ini, pertanda bahwa tugas Baginda Rasulullah telah selesai dan telah dekat ajal Beliau. Peran Abdullah bin Abbas pada Ali bin Abi Thalib Tak hanya secara dzahir dikuasainya al Qur’an, tak luput pula dari pemahamannya mengenai rahasia-rahasia yang terkandung dalam untaian ayat-ayat al Qur’an. Kuatnya Hujjah Abdullah bin Abbas Tatkala terjadi perselisihan antara Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah -semoga Allah meridloi keduanya-, hingga terjadi perang Shiffin yang diakhiri dengan peristiwa tahkim atau arbitrase, sebagian pendukung Ali bin Abi Thalib tak menghendaki adanya tahkim ini, bahkan mengkafirkan Ali bin Abi Thalib karena peristiwa itu. Orang-orang tersebut keluar dari barisan Ali –radliyallahu anhu-, maka mereka disebut kaum khawarij. Begitu mudah kaum ini menyematkan vonis kafir kepada seorang muslim hanya karena masalah sepele yang terkadang mereka tak fahami. Sehingga mereka kafirkan menantu Rasulullah ini dengan sebab setuju dengan tahkim. Mereka telah bersiap-siap memerangi Ali bin Abi Thalib. Maka tergerak hati Ibnu Abbas untuk mendatangi kaum khawarij guna mengembalikan mereka ke jalan yang lurus. Maka Ibnu Abbas pun menemui Ali bin Abi Thalib guna meminta izin untuk mendatangi mereka, seraya berkata "Wahai Amirul Mu’minin, izinkan aku untuk mendatangi kaummu yang berbelot?" Ali pun menjawab "Sungguh aku khawatir dengan keselamatanmu dari kejahatan mereka". Maka Ibnu Abbas menjawabnya dengan penuh keyakinan "InsyaAllah tidak ada yang perlu untuk dikhawatirkan" Maka pergilah Ibnu Abbas mendatangi kaum pembelot itu. Sungguh tiada kaum yang lebih giat ibadahnya selain mereka. Terlihat pipi mereka cekung, jidat mereka menghitam karena lamanya sujud. Tatkala mereka mengetahui kedatangan Ibnu Abbas, mereka pun menyambutnya seraya berkata Wahai putra Abbas, ada apa gerangan engkau kemari? Ibnu abbas pun menjawab "Maukah kalian menyimak ucapan saya?" Maka sebagian mereka berseru "Jangan dengarkan ucapannya". Sebagian lain berkata "Berucaplah!, kami akan mendengarkan" Ibnu Abbas pun memulai bicaranya seraya berkata "Beritahukan kepadaku yang tidak kalian sukai dari sepupu Rasulullah, suami dari putri tercinta beliau serta orang yang pertama memeluk islam?" Mereka pun menjawab "Tiga kesalahan yang tak kami ridloi. Adapun kesalahan pertama ialah bahwa ia mengangkat seseorang guna memberi putusan dalam agama Allah, kedua ia berperang melawan Aisyah dan muawiyah tanpa sedikitpun mengambi ghanimah serta menawan mereka, dan yang ketiga ia telah melepaskan gelar Amirul Mu’minin padahal kaum muslimin telah berbaiat kepadanya." Satu persatu dipatahkan argumen lemah mereka. Beliau berkata "Bagaimana bila ku bacakan beberapa ayat dari kitabullah dan hadits Rasulullah yang tak dipungkiri kebenarannya, apakah kalian akan menarik kembali ucapan kalian?, mereka menjawab "Baiklah", maka Ibnu Abbas melanjutkan bicaranya "Adapun perkataan kalian bahwa Ali mengutus seseorang guna memberikan putusan dalam agama Allah, maka Allah berfirman ياأيها الذين آمنوا لا تقتلوا الصيد و أنتم حرم، و من قتله منكم متعمدا فجزاء مثلما قتل من النعم يحكم به ذوا عدل منكم "wahai orang-orang yang beriman jangan kalian membunuh binatang buruan ketika sedang ihram. Barang siapa diantara kalian membunuh dengan sengaja, maka dendanya adalah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan yang ddibunuh, menurut putusan dua orang adil diantara kalian". [al Ma’idah 95] Aku atas nama Allah, apakah putusan orang yang menjaga darah dan jiwa mereka serta memperbaiki hubungan diantara mereka lebih baik dari putusan mereka terhadap kelinci yang hanya seharga 4 dinar?" Mereka pun menjawab "Tentu yang lebih baik adalah putusan orang yang menjaga pertumpahan darah kaum muslimin dan menjaga hubungan diantara mereka" Ibnu Abbas pun bertanya "Apaka kita telah sepakat dalam masalah ini?" Mereka menjawab "Yaa, kita sepakat" Abdullah bin Abbas berkata "Adapun ucapan kalian bahwa Ali melakukan perang namun tidak menjadikan Aisyah sebagai tawanan sebagai mana Rasulullah selalu menjadikan tawanan para wanita musuh. Apakah kalian ingin menjadikan ibu kalian sebagai budak yang dapat kalian gauli layaknya budak wanita??, kalau kalian mengatakan iya’ berarti kalian telah kafir, jika kalian mengatakan beliau bukan ibu kalian kalian pun telah kafir, Allah berfirman النبي أولى بالمؤمنين من أنفسهم، و أزواجه أمهاتهم "Nabi lebih utama bagi orang-orang mu’min dari diri-diri mereka, dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka" [al Ahzab 6], Pilihlah mana yang lebih kalian sukai” Ibnu abbas pun melanjutkan ucapannya, "Apakah kita sepakat dalam masalah ini?"mereka pun menjawab "Yaa, kita telah sepakat" Ibnu Abbas berkata lagi "Sedangkan ucapan kalian bahwa Ali melepaskan gelar Amirul Mu’minin , sebagai jawabannya adalah ketika perjanjian Hudaibiyah Rasulullah meminta untuk menuliskan pada perjanjian damai 'Inilah yang diputuskan oleh Muhammad Rasulullah' mereka berkata 'Kalau kami percaya Engkau adalah Rasulullah kami tak akan menghalangi kalian kebaitullah dan tak akan memerangi kalian', maka Rasulullah berkata 'Demi Allah aku adalah Rasulullah meski kalian mendustakan'. Maka perjanjian damai ditulis tanpa menyematkan kata rasulullah" Ibnu Abbas pun bertanya "Apa kita telah sepakat?" Mereka menjawab "Yaa kami telah sepakat" Maka buah dari kepiawaian Ibnu Abbas dan hikmah serta kedalaman ilmu beliau, kembalilah 20 ribu orang dari mereka kejalan yang benar, tinggal tersisa 4 ribu orang yang tetap keras kepala diatas kesesatan mereka. Kisah Wafatnya Abdullah bin Abbas Sudah 71 tahun Abdullah –radliyallahu anhuma- hiasi dengan ilmu, hikmah, dan ketaqwaan. Beliau warnai dunia dengan ilmu yang bermanfaat. Rumah beliau ibarat sebuah universitas yang tak pernah sepi dari para penuntut ilmu. Sehingga tak heran bila wafat beliau menorehkan duka dihati kaum muslimin., karena mereka telah kehilangan lautan ilmu dan hikmah yang tiada terukur kedalamannya. Ketika beliau wafat, Muhammad bin al Hanafiyah memimpin shalat jenazahnya bersama para sahabat yang masih taersisa dan para pembesar tabiin. Tatkala beliau hendak dimakamkan datang burung putih dan besar kemudian masuk ke kafan beliau dan tidak terliha keluar lagi. Dan ketika beliau telah dikuburkan, terdengar suara dari dalam kuburnya bacaan al qur’an surat al Fajr ayat 27 يا أيتها النفس المطمئنة ارجعي إلى ربك راضية مرضية "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepangkuan rabmu denga ridza dan diridzai" Sungguh akhir hidup yang mulia. Akhir hidup yang didambakan semua insan. Akhir hidup yang khusnul khatimah. Sungguh Allah ridla kepadanya dan ia ridla kepada Allah. Tambahan Kesimpulan dan data dari hasil sentuhan nabi Abdullah bin Abbas yang lain adalah 10 kenabian - 68 H Mendapat doa dari Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam Meriwayatkan 1660 Hadits Umar menyebutnya sebagai remaja yang tua karna ilmunya Umar memanggil Abdullah bin Abbas bersama para sahabt senior lainnya untuk memcahkan masalah-masalah besar Menyadarkan 20 ribu khawarij dalam satu majelis Menjadi gubernur Basrah pada masa Ali "Dengan demikian, untuk menumbuhkan generasi yang menghasilkan poin di atas, kita perlu melihat 2 sudut cara Abdullah bin Abbas belajardan Seperti apa Konsep pendidikan nabi yang diajarkan Abdullah bin Abbas" Penulis Mursyidul Muhsiniin Referensi Suwar min hayat as shahabah karya Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya Siyar min a’lam an nubala’ karya imam ad dzahabi Tag Hafalan Nama lengkap Abdullah Abdullah bin al Abbas bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al Qurasyi al Hasyimi. Abdullah bin Abbas Lahir pada 10 kenabian di tahun pemboikotan dan meninggal pada 68 H Menyadarkan 20 ribu orang Menghafal 1660 Hadits nabi Salah satu gurunya adalah Zaid bin Tsabit RPA Apa RPA? > Baca Bonus Abana RPA dan TAG HAFALAN Orangtua langsung peraktek mendoakan anaknya atau muridnya sebagaimana Rasulullah mendoakan Abdullah bin Abbas Orangtua menyebutkab bagaimna Abdullah belajar dan menghormati gurunya serta mempunyai adab yang sangat bagus Orangtua anak untuk menteladani seluruh kehidupan Abdullah bin Abbas Anda Senang dengan kisah kisah redaksi kami seperti, Kisah Abdullah bin Abbas Sang Tinta Ummat, share!
Abdullah bin Abbas atau yang akrab disapa Ibnu Abbas adalah satu di antara sahabat Nabi Shalallahu alaihi wa sallam yang memilki kecerdasan serta keilmuan yang luas dalam memahami Islam. Hal itu ia peroleh lantaran kesehariannya yang selalu lekat dihiasi dengan pengabdiannya kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam. Kepadanya Nabi pernah berdoa “Ya Allah, berikan dia keahlian dalam agama-Mu, dan ajarilah ia tafsir kitab-Mu.” Hidup bersama Rasulullah benar-benar telah membentuk karakter dan sifatnya. Suatu ketika, benaknya dipenuhi rasa ingin tahu yang besar tentang bagaimana cara Rasulullah shalat. Malam itu, ia sengaja menginap di rumah bibinya, Maimunah binti Al-Harits, istri Rasulullah. Sepanjang malam ia berjaga, sampai terdengar olehnya Rasulullah bangun untuk menunaikan shalat. Ia segera mengambil air untuk bekal wudhu Rasulullah. Di tengah malam buta itu, betapa terkejutnya Rasulullah menemukan Abdullah bin Abbas masih terjaga dan menyediakan air wudhu untuknya. Demikianlah Ibnu Abbas yang sejak kecil selalu menaruh perhatian yang besar terhadap ilmu Islam yang diajarkan langsung oleh Rasulullah. Abdullah bin Abbas lahir tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah. Saat Rasulullah wafat, ia masih sangat belia, berumur 13 tahun. Namun, kesungguhannya dalam menuntut ilmu mampu melampaui masa pada usianya. Karakter pribadinya yang sungguh-sungguh, tekun, dan cinta terhadap ilmu itu berdampak besar terhadap kehidupan Ibnu Abbas. Ia pun tumbuh menjadi sosok yang alim dan kerap menjadi rujukan dalam hal agama. Sepeninggal Rasulullah, girahnya terhadap ilmu tak menyurutkan semangat Ibnu Abbas untuk mendatangi para sahabat senior guna mendengar langsung hadis dari Nabi Shallallahu alihi wa sallam. Ia ketuk satu pintu dan berpindah ke pintu lain, dari rumah-rumah para sahabat Rasulullah. Tak jarang ia harus tidur di depan rumah mereka, karena para sahabat tengah istirahat. Namun betapa terkejutnya mereka begitu melihat Ibnu Abbas tidur di depan pintu rumah. “Wahai keponakan Rasulullah, kenapa tidak kami saja yang menemuimu?” kata para sahabat yang menemukan Ibnu Abbas di depan rumah mereka. “Tidak, akulah yang mesti mendatangi Anda,” jawabnya. Demikianlah kehidupan Abdullah bin Abbas, hingga kelak ia benar-benar menjadi seorang pemuda dengan ilmu dan pengetahuan yang tinggi. Karena tingginya dan tak berimbang dengan usianya, ada yang bertanya tentangnya. Abdullah bin Abbas bercerita, “Suatu saat Rasulullah ﷺ hendak berwudhu. Lalu aku segera menyiapkan air untuk Beliau sehingga Beliau senang dengan apa yang aku lakukan. Tatkala Beliau hendak melakukan shalat, Beliau memberikan isyarat kepadaku supaya aku berdiri di sampingnya, dan aku pun berdiri di belakang Beliau. “Begitu shalat usai, Beliau menoleh ke arahku dan bersabda “Mengapa engkau tidak berdiri di sampingku, ya Abdullah?” Aku menjawab “Engkau adalah manusia terhormat dalam pandanganku dan aku tidak pantas berdiri di sampingmu.” Kemudian Beliau mengangkat kedua tangannya ke arah langit seraya berdo’a “Ya Allah, berikanlah kepadanya hikmah!” Allah telah mengabulkan doa Nabi-Nya ﷺ sehingga Allah memberikan pemuda Al Hasyimi ini sebagian hikmah yang mengalahkan kehebatan para ahli hikmah terbesar. Pemuda bernama Abdullah bin Abbas ini telah menempuh semua jalan dan mengeluarkan segala kemampuannya untuk mendapatkan ilmu. Ia telah meminum air wahyu dari Rasulullah ﷺ selagi Beliau hidup. Begitu Rasulullah ﷺ kembali ke pangkuan Tuhannya, maka Ibnu Abbas belajar langsung dengan para ulama sahabat. Sebagaimana Abdullah bin Abbas menghinakan dirinya saat menuntut ilmu, ia juga tak ragu untuk memulyakan derajat ulama. Dikisahkan ketika Zaid bin Tsabit sang penulis wahyu dan pemuka Madinah dalam urusan qadha, fiqih, qira’at dan al faraidh hendak menunggangi kendaraannya, berdirilah pemuda Al Hasyimi bernama Abdullah bin Abbas dihadapannya seperti berdirinya seorang budak di hadapan tuannya. Ia memegang kendali tunggangan tuannya. Zaid berkata kepada Ibnu Abbas “Tidak usah kaulakukan itu, wahai sepupu Rasulullah!” Ibnu Abbas menjawab “Inilah yang diajarkan kepada kami untuk bersikap kepada para ulama!” Zaid lalu berkata “Perlihatkan tanganmu kepadaku!” Abdullah bin Abbas lalu menjulurkan tangannya. Lalu Zaid mendekati tangan tersebut dan menciuminya seraya berkata “Demikianlah, kami diperintahkan untuk bersikap kepada ahlu bait Nabi kami.” Abdullah bin Abbas telah menempuh perjalanan dalam menuntut ilmu yang dapat membuat unta jantan tercengang. Masruq bin Al Ajda’ salah seorang tabi’in ternama berkata tentang diri Ibnu Abbas “Jika aku melihat Ibnu Abbas, menurutku dia adalah manusia yang paling tampan. Jika ia berkata, maka menurutku ia adalah orang yang paling fasih. Jika ia berbicara, menurutku ia adalah orang yang paling alim.” [] Sumber Kisah Heroik 65 Orang Shahabat Rasulullah SAW/Penulis Dr. Abdurrahman Ra’fat al-Basya- Penerbit Darul Adab al-Islami/Penerjemah Bobby Herwibowo, Lc – PT. Kuwais International, Jl. Bambu Wulung No. 10, Bambu Apus Cipayung, Jakarta Timur 13890 – Telp. 84599981
Ilustrasi Kisah Nabi. Foto dok PexelsAbdullah bin Abbas merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad yang dikenal dengan ketekunannya dalam menuntut ilmu. Untuk mengetahui kisah Abdullah bin Abbas sebagai sahabat Nabi yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dapat Anda ketahui dalam ulasan singkat berikut Sahabat Nabi, Abdullah bin Abbas dan Ketekunannya Dalam Menuntut IlmuSeperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, Abdullah bin Abbas merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad yang sangat dikenal di kalangan umat Islam. Sahabat Nabi yang memiliki julukan atau nama lain Ibnu Abbas ini juga merupakan sepupu Nabi Muhammad yang memiliki jarak umur yang cukup jauh dari Nabi Abbas dikenal sebagai sahabat Nabi yang berpengetahuan luas yang juga memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang tinggi sehingga tak heran jika cukup banyak hadis shahih yang diriwayatkan melalui Ibnu Abbas. Abdullah bin Abbas lahir setelah 10 tahun Nabi Muhammad menjalankan dakwah untuk menyebarkan agama buku berjudul Dahsyatnya Ibadah, Bisnis, dan Jihad Para Sahabat Nabi yang Kaya Raya karya Ustadz Imam Mubarok Bin Ali 2019162 memaparkan bahwa Abdullah bin Abbas selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini diketahui pada saat Nabi wafat. Meski ditinggal Nabi dalam umur yang cukup dini yaitu umur 13 tahun, Abdullah bin Abbas tidak putus harapan untuk terus menggali pengetahuan yang ingin bin Abbas selalu mencoba mendatangi sahabat Nabi untuk menanyakan segala sesuatu yang ingin diketahuinya, yaitu tentang ajaran Islam dan hal-hal yang berkenaan dengan Nabi Muhammad SAW. segala kesempatan digunakannya dengan cermat hanya untuk mendapatkan ilmu dari sahabat Nabi yang telah bersama Nabi lebih lama rasa ingin tahu yang dimiliki Abdullah bin Abbas ini harus kita teladani karena dengan semakin banyak ilmu yang kita ketahui maka semakin banyak juga hal-hal yang dapat kita kerjakan seperti amalan-amalan berpahala. Tak hanya itu, pengetahuan tentang Islam juga wajib dicari karena mencari ilmu merupakan kewajiban tiap-tiap umat islam. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi pada hadis berikut iniطَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍArtinya ”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. HR. Ibnu MajahPemaparan mengenai kisah Abdullah bin Abbas dapat Anda jadikan sebagai nasihat dan juga wawasan serta pengingat untuk terus menuntut ilmu hingga ajal menjemput. DA
kisah para sahabat dalam menuntut ilmu