Prinsipdasar yang melandasinya disebut "Mabadi Khaira Ummah". Kalimat Khaira Ummah diambil dari kandungan Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat. 110 yang berbunyi: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang. ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Umatterdahulu juga ingin mengetahui kisah para pendahulu mereka. Umat terdahulu juga ingin mengetahui kisah para pendahulu mereka. REPUBLIKA.ID; REPUBLIKA TV; GERAI; IHRAM; REPJABAR; REPJOGJA; RETIZEN; BUKU REPUBLIKA; Thursday, 3 Zulqaidah 1443 / 02 June 2022. Menu. HOME; RAMADHAN Kabar Ramadhan
Seorangrasul tidak mungkin berkata dusta dalam kehidupan sehari-harinya baik di lingkungan keluarga, masyarakat, apalagi di depan umatnya. Umat Nabi Yunus a.s. banyak yang durhaka kepada Allah sehingga Nabi Yunus pergi meninggalkannya. Umat-umat terdahulu mengalami kehancuran dan mendapat azab dari Allah karena mereka ingkar, sombong
DiangkatnyaGunung Kepada Bani Israil. Diangkatnya gunung pernah terjadi di waktu silam, tepatnya di zaman Nabi Musa عليه السلام. Kisah menakjubkan tersebut Allah sebutkan di beberapa tempat dalam Al-Qur'an. Gunung Thursina³ diangkat di atas kepala-kepala Bani Israil sebagai ancaman atas kedurhakaan mereka, karena tidak mau menerima
Yusuf'Alaihissalam Bermimpi Pada suatu malam ketika Yusuf masih kecil, ia bermimpi dengan mimpi yang menakjubkan. Ia bermimpi melihat sebel
Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. ilustrasi Nabi Nuh Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, yaitu kaum Nuh, Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan penduduk negeri-negeri yang telah musnah?. Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata; maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi mereka lah yang menganiaya diri mereka sendiri.QS. At-Taubah 70 Pesan-pesan suci, disampaikan untuk umat manusia oleh Allah melalui utusan-utusan-Nya, telah dikomunikasikan kepada kita sejak penciptaan umat manusia, Beberapa masyarkat/kaum telah menerima pesan/ajaran ini sementara yang lain telah mengingkarinya. Adakalanya, ada sejumlah kecil dari suatu masyarakat yang mau menerima perintah suci tersebut mengikuti seorang pembawa risalahnabi. Namun sebagian besar dari masyarakat yang telah didatangi risalah suci tersebut tidak bersedia menerimanya. Mereka tidak hanya mengabaikan pesan suci yang disampaikan oleh sang pembawa pesan, namun juga berusaha untuk melakkan perbuatan keji terhadap para pembawa pesan dan para pengikutnya. Para pembawa pesan suci tersebut biasanya dituduh serta difitnah sebagai “pembohong, sihir, orang yang sakit gila dan penuh dengan kesombongan” dan menjadi pemimpin dari banyak orang yang harus mereka cari-cari untuk dibunuh. Semua hal yang diinginkan oleh para nabi dari kaumnya adalah kepatuhan mereka kepada Allah. Mereka tidak meminta uang ataupun berbagai keuntungan dunia lainnya sebagai balasan. Dan juga mereka tidak berusaha memaksa kaum mereka. Yang mereka inginkan hayalah mengajak kaum mereka kepada agama yang haq dan bahwa mereka seharusnya memulai sebuah jalan hidup yang berbeda bersama dengan para pengikutnya terpisah dari masyarkat. Apa yang telah terjadi antara Syu’aib dan kaum Madyan dimana dia diutus, menggambarkan hubungan antara nabi dengan kaumnya sebagaimana yang disebutkan dimuka. Reaksi dari suku Syu’aib terhadap Syu’aib, yang menyerukan kepada mereka untuk beriman kepada Allah dan menghentikan semua tindakan ketidakadian yang telah mereka lakukan, dan bagaimana itu semua berakhir sangatlah menarik Dan kepada penduduk Madyan Kami utus saudara mereka Syu’aib, Ia berkata “Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan selain Dia. Dan jaganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik mampu dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan kiamat.” Dan Syu’aib berkata “hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu berbuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. Sisa keuntungan dari Allah adalah lebih baik bagi kamu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas diri kamu. Mereka berkata “Hai Syu’aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami berbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah seorang yang sangat penyantun lagi berakal. Syu’aib berkata “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku daripada-Nya rezeki yang baik patutkah aku menyalahi perintah-Nya. Dan aku tidak berkehendak mengerjakan apa yang aku larang kamu daripadanya. Aku tidak bermaksud kecuali mendatangkan perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku, melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya lah aku kembali. Hai kaumku, janganlah hendakya pertentangan antara aku dengan kamu menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaun Luth tidak pula jauh tempatnya dari kamu. Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi maha Pengasih. Mereka berkata “Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakana itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang benar-benar lemah diantara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa disisi kami. Syu’aib menjawab “Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedangkan Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang dibelakangmu?. Sesungguhnya pengetahuan Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan”. Dan dia berkata “Hai kaumku, berbuatalah menurut kemampuanmu, sesungguhya akupun berbuat pula. Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab tuhanku, sesungguhnya akupun menungu bersama kamu.” Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di tempat tinggalnya. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamud yang telah binasa.QS Huud 84-95. Dengan memikirkan “batu /prasasti Syu’aib” yang tidak lain kecuali menerukan mereka kepada kebaikan, kaum Mdyan dihukum dengan kutukan dari Allah dan merekapun telah dibinasakan sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat diatas. Masyarakat Madyan bukanlah satu-satunya contoh. Sebaliknya sebagaimana Syu’aib sedang berbicara kepada kaumnya, banyak masyarakat yang telah ada lebih dahulu sebelum masyarakat Madyan yang telah dibinasakan. Setelah Madyan, banyak masyarakat lain yang juga dihancurkan oleh kemurkaan Allah. Di dalam halaman-halaman berikut, kita akan menyebutkan masyarakat-masyarakat yang telah disebutkan diatas yang telah dibinasakan dan sisa-sisa peninggalan mereka. Di dalam Al Qur’an, masyarakat-masyarakat ini disebutkan secara mendetail dan orang-orang diajak untuk merenungkan dan mengambil pelajaran serta peringatan tentang bagaimana kaum-kaum ini berakhir. Pada titik ini, Al Qur’an secara khusus menarik perhatian terhadap kenyataan bahwa sebagian besar dari masyarakat yang dihancurkan tersebut memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Di dalam Al Qur’an, sifat-sifat dari kaum-kaum yang dihancurkan ditekankan sebagai berikut Dan berapa banyakkah umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka yang telah dibinasakan itu telah pernah menjajah di beberapa negeri. Adakah mereka mendapat tempat lari dari kebinasaan?.QS Qaf 36. Dalam ayat tersebut, dua sifat dari kaum yang telah dihancurkan secara khusus ditekankan. Yang pertama adalah mereka merasa “lebih besar kekuatannya”. Hal ini berarti bahwa masyarakat-masyarakat yang telah dibinasakan tersebut telah berada dalam suatu tingkat kedisiplinan dan system birokrasi militer yang tangguh dan merenggut kekuatan diwilayah mereka berada memalui dengan cara paksaan kekuatan. Point kedua adalah masyarakt-masyarakat yang telah disebutkan dimuka mendirikan kota-kota besar yang dihiasai dengan karya-karya arsitektur mereka. Hal ini patut untuk diperhatikan bahwa dari kedua macam sifat-sifat ini termasuk yang dimiliki oleh peradaban yang ada dijaman kita sekarang ini, yang telah membentuk sebuah kebudayaan dunia yang begitu luas melalui ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dan telah mendirikan negara-negara yang tersentralisir, kota-kota besar, namun mereka masih tetap mengingkari dan mengabaikan Allah, melupakan bahwa semua hal tersebut memungkinkan untuk dibuat kaena Kekuasan Allah saja. Namun, sebagaimana dikatakan di dalam ayat, peradaban mereka yang telah berkembang tidak bisa menyelamatkan masyarakat yang telah dihancurkan tersebut, dikarenakan peradaban mereka berdiri diatas landasan pengingkaran terhadap Allah. Akhir dari peradaban saat inipun tidak akan berbeda selama peradaban sekarang ini berdasarkan kepada pengingkaran dan berperilaku jahat di dunia. Sejumlah peristiwa penghancuran, beberapa diantaraya yang diceritakan dalam Al Qur’an, telah dibenarkan oleh berbagai penelitian arkeologis yang dilakukan di jaman modern, Temuan-temuan ini yang secara jelas membuktikan bahwa peristiwa-peristiwa yang dikutip dalam Al Qur’an benar-benar pernah terjadi, menjelaskan perlunya untuk menjadi “peringatan terlebih dahulu” yang banyak digambarkan dalam kisah-kisah Al Qur’an. Allah berfirman di dalam Al Qur’an bahwa penting untuk “bepergian di muka bumi” dan “melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka”. Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka tidaklah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka yang mendustakan rasul dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memikirkanya. Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harrapan lagi tentang keimanan mereka dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan kiab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.QS Yusuf 109-111. Sesungguhnya, terdapat banyak contoh dalam kisah-kisah tentang masyarakat di waktu lampau bagi orang-orang yang dikaruniai kepahaman. Kehancuran mereka yang disebabkan oleh pemberontakan mereka terhadap Allah dan penolakan terhadap perintah-perintah-Nya, kaum-kaum ini mengungkapkan kepada kita betapa lemah dan tidak berdayanya umat manusia dhadapan Allah. Di dalam halaman-halaman berikut, kita akan mempelajari contoh-contoh dalam susunan yang urut berdasarkan kronologi kejadiannya. ***************.
Muslimahdaily - Kisah perjalanan Nabi Musa dan Khidir sangat terkenal dan sering kali dilisankan para da’i. Kisah penuh hikmah itu tercantum dalam Al Qur’an Al Karim agar menjadi pelajaran bagi umat hingga akhir zaman. Di antara hikmah kisah tersebut, terdapat satu pelajaran berharga yang tak boleh luput diasingkan. Yakni kisah anak durhaka dan bagaimana Khidir mendapat ilham tentangnya. Singkat cerita dipetik dari perjalanan Nabi Musa dan Khidir. Di tengah perjalanan mereka, ketika keduanya telah berlabuh dari sebuah kapal, nampak berkerumun para pemuda yang sedang bermain. Khidir lalu menarik salah satu dari mereka. Nabi Musa yang melihatnya tentulah dibuat bingung. Belum lagi aksi yang dilakukan Khidir, yakni membunuh pemuda tersebut. Nabi Musa pun segera berkata, “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar.” Khidhir menjawab, “Bukankah sudah aku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?” Sebelum perjalanan bermula, Khidir memang telah memperingatkan Nabi Musa ketika sang kalimatullah ingin mengembara bersama Khidir demi menuntut ilmu. Khidir berkata kepada Nabi Musa, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. Bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” Namun di awal perjalanan pula, Musa berkata, “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.” Namun ternyata Nabi Musa tak sabar untuk diam ketika melihat sesuatu yang menurutnya sebuah kemungkaran. Padahal tidaklah perbuatan yang dilakukan Khidir melainkan ilham dari Allah. Pun saat membunuh seorang anak. Khidir bukan melakukannya atas dasar kejahatan. Khidir menjelaskan maksud perbuatannya tersebut di akhir perjalanannya dengan Nabi Musa. Beliau menjelaskan, “Anak muda itu, kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.” Alasan inilah yang tak diketahui Nabi Musa hingga menganggapnya sebagai kemungkaran. Padahal yang dilakukan Khidir adalah atas perintah Allah Ta’ala. Dari kisah tersebut pun dapat dipetik pelajaran, tentang bagaimana Allah menjaga orang tua yang saleh dan menghalangi kejahatan seorang anak durhaka, serta bagaimana kejahatan durhaka kepada orang tua dianggap lebih berat dari kejahatan membunuh. Anak Durhaka yang Menyesatkan Orang Tua Membunuh merupakan dosa besar di dalam Islam. Yang dilakukan Khidir jelas sebuah kejahatan. Namun ternyata perbuatannya sesuai dengan kaidah dalam syariat Islam tentang bolehnya mencegah mafsadah kerusakan, kemungkaran atau kejahatan yang besar dengan melakukan mafsadah yang lebih ringan. Aksi Khidir membunuh seorang pemuda dianggap memiliki mafsadah yang lebih ringan ketimbang perilaku pemuda tersebut terhadap orang tuanya. Mengapa bisa demikian? Pasalnya, si pemuda tersebut berbuat buruk kepada orang tuanya dan dapat menyesatkan keduanya. Jika dibiarkan tumbuh besar, maka ia akan membahayakan agama ayah ibunya. Si pemuda kafir dapat menjadi musibah besar bagi orang tuanya dan mengajak keduanya kepada kekafiran. Karena itulah, ketika Khidir mendapat ilham dari Allah tentang keadaan pemuda tersebut, ia mengambil keputusan untuk membunuh si pemuda. Sebagai gantinya, Khidir berdoa kepada Allah agar mengganti pemuda tersebut dengan anak yang saleh lagi berbakti kepada kedua orang tuanya. Sungguh Allah maha kuasa untuk mengabulkannya. Kisah tentang Khidir, Nabi Musa, dan pemuda durhaka terdapat dalam Surah Al Kahfi. Sungguh pelajaran yang sangat berharga bagi muslimin. Kita berlindung kepada Allah dari sikap durhaka kepada orang tua, berlindung dari perilaku maksiat yang menyebabkan kekafiran keduanya, dan memohon kepada Ar Rahim agar selalu diberi petunjuk kepada Sirath Al Mustaqim.
Jakarta - Kisah tentang azab yang menimpa umat-umat terdahulu dapat kita jumpai dalam surat Al-Ankabut, Al Najm, Hud, Qaf, An Naml, Yunus, Qasas, Saba, dan Ad Dukhan. Sejumlah surat tersebut juga menceritakan kaum yang dibinasakan Allah Allah SWT adalah hal yang nyata adanya. Dalam surat Al-Ankabut ayat 21 Dia berfirmanيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَرْحَمُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَاِلَيْهِ تُقْلَبُوْنَ - ٢١Artinya "Dia Allah mengazab siapa yang Dia kehendaki dan memberi rahmat kepada siapa yang Dia kehendaki, dan hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan."Dalam firman lanjutan-Nya, sebagaimana ditafsirkan oleh Kementerian Agama Kemenag, Dia menjelaskan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa lepas dari azab Allah. Bahkan, orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka yang berputus asa dari rahmat-Nya akan mendapatkan azab yang اَنْتُمْ بِمُعْجِزِيْنَ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاۤءِ ۖوَمَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ ࣖ - ٢٢ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَلِقَاۤىِٕهٖٓ اُولٰۤىِٕكَ يَىِٕسُوْا مِنْ رَّحْمَتِيْ وَاُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ - ٢٣Artinya "Dan kamu sama sekali tidak dapat melepaskan diri dari azab Allah baik di bumi maupun di langit, dan tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah. Dan orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan-Nya, mereka berputus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu akan mendapat azab yang pedih." QS. Al-Ankabut 22-23.Dijelaskan dalam buku Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir yang disusun oleh Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Allah SWT menceritakan kondisi orang-orang yang menyekutukan-Nya ketika di dunia dan azab yang akan mereka terima di akhirat lantaran mereka menjadikan beberapa tandingan untuk disembah dan dicintai seperti mencintai-Nya. Lihat QS. Al Baqarah 165-167.Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Abdullah bin Mas'ud berkata, "Saya bertanya, 'wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?' Beliau bersabda, 'Bila kamu membuat tandingan Allah padahal Dialah yang menciptakanmu'."Berikut beberapa kisah tentang azab yang menimpa umat-umat terdahulu sebagaimana terdapat dalam Al-Qur' Surat Al-Ankabut Ayat 14Surat Al-Ankabut ayat 14 mengisahkan tentang azab yang diberikan kepada kaum Nabi Nuh AS yang durhaka kepadanya. Allah SWT kemudian mengirimkan banjir bandang dan menenggelamkan اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ - ١٤Artinya "Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim."2. Surat An Najm Ayat 50Surat An Najm ayat 50 menceritakan bahwa Allah SWT membinasakan kaum 'Ad yang pertama, kaum Nabi Hud AS. Kemenag menjelaskan dalam tafsirnya, yang dimaksud dengan kaum 'Ad yang kedua ialah kaum Iram bin Sam bin اَهْلَكَ عَادًا ۨالْاُوْلٰىۙ - ٥٠Artinya "dan sesungguhnya Dialah yang telah membinasakan kaum 'Ad dahulu kala,"3. Surat Hud Ayat 68Allah SWT juga menceritakan kisah tentang azab bagi kaum Samud melalui firman-Nya dalam surat Hud ayat 68. Kaum Samud adalah kaum yang mengingkari Nabi Saleh لَّمْ يَغْنَوْا فِيْهَا ۗ اَلَآ اِنَّ ثَمُوْدَا۠ كَفَرُوْا رَبَّهُمْ ۗ اَلَا بُعْدًا لِّثَمُوْدَ ࣖ - ٦٨Artinya "Seolah-olah mereka belum pernah tinggal di tempat itu. Ingatlah, kaum samud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, binasalah kaum samud."4. Surat Qaf Ayat 12Surat Qaf ayat 12 menjelaskan tentang beberapa kaum yang mendustakan para rasul terdahulu. Dia berfirmanكَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوْحٍ وَّاَصْحٰبُ الرَّسِّ وَثَمُوْدُ - ١٢Artinya 'Sebelum mereka, kaum Nuh, penduduk Rass dan Samud telah mendustakan rasul-rasul,"5. Surat An Naml Ayat 54Surat An Naml ayat 54 mengisahkan tentang kaum Nabi Luth AS yang berkelakuan menyimpang. Mereka adalah kaum Sodom yang menyukai sesama اِذْ قَالَ لِقَوْمِهٖٓ اَتَأْتُوْنَ الْفَاحِشَةَ وَاَنْتُمْ تُبْصِرُوْنَ - ٥٤Artinya"Dan ingatlah kisah Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah keji, padahal kamu melihatnya kekejian perbuatan maksiat itu?"6. Surat Saba Ayat 16Surat Saba ayat 15 dan 16 menjelaskan tentang betapa pedihnya azab Allah SWT yang diturunkan kepada kaum كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌ ۚجَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗ ۗبَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ - ١٥ فَاَعْرَضُوْا فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنٰهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ اُكُلٍ خَمْطٍ وَّاَثْلٍ وَّشَيْءٍ مِّنْ سِدْرٍ قَلِيْلٍ - ١٦Artinya "Sungguh, bagi kaum Saba' ada tanda kebesaran Tuhan di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, kepada mereka dikatakan, "Makanlah olehmu dari rezeki yang dianugerahkan Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. Negerimu adalah negeri yang baik nyaman sedang Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr."7. Surat Qasas Ayat 40Surat Qasas ayat 40 menceritakan tentang azab yang diturunkan kepada Firaun dan bala tentaranya. Mereka tenggelam dalam laut, sedangkan kaum Nabi Musa AS وَجُنُوْدَهٗ فَنَبَذْنٰهُمْ فِى الْيَمِّ ۚفَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظّٰلِمِيْنَ - ٤٠"Maka Kami siksa dia Fir'aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang zalim."Selain ketujuh surat di atas, kisah tentang azab yang menimpa umat terdahulu juga terdapat dalam surat Yasin 13, Al Araf 163, Al Furqan 38, At Taubah 70, Al Hijr 78, Thaha 40, hingga Asy Syu'ara 176. Simak Video "Permintaan Maaf Wanita Simpan Al-Qur'an Dekat Sesajen-Akui Tertarik Islam" [GambasVideo 20detik] kri/lus
Jakarta - Islam tidak hanya membagikan kisah terdahulu yang mengisahkan tentang kedurhakaan seorang anak pada orang tuanya. Sebaliknya, pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab RA, ada salah satu kisah yang menggambarkan bentuk durhaka seorang orang tua pada ini diceritakan Ali bin Nayif Asy Syahuud dalam Mausu'atud difa'an Rasulullah yang bermula dari salah seorang ayah yang mengadukan kenakalan dan kedurhakaan anaknya pada Umar. Ia bercerita, anaknya selalu berbicara kasar, membentak, maupun perbuatan durhaka adil dan mendengar cerita dari kedua belah pihak, Umar pun memanggil anak tersebut untuk turut menghadapnya. Ia pun berkata pada sang anak,"Anak muda, apakah kamu tidak tahu kalau Allah memerintahkan anak berbakti kepada orang tuanya?" kata Umar yang diterjemahkan Majalah Ar Risalah Edisi anak justru berkata pada Umar, "Wahai Amirul Mukminin, jangan buru-buru menilaiku buruk. Aku akan jelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Bukankah orang tua juga memiliki kewajiban terhadap anaknya?"Beliau menjawab, "Ya, tentu saja."Anak itu pun bertanya lagi, "Lantas, apa itu kewajiban orang tua pada anaknya?"Umar pun menjawab, "Memilihkan ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang bagus, dan mengajarkannya Al-Qur'an."Mendengar jawaban itu si anak pun berkata. "Wahai Amirul Mukminin, sungguh tak ada satupun dari tiga itu yang dilakukan oleh ayah. Ibuku adalah wanita haram keturunan Majusi. Ia menamaiku dengan Ji'lan yang bermakna kumbang.""Dan ia tidak pernah mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur'an," lanjut anak Umar lantas marah pada ayah dari sang anak. Umar menganggap kisah antara ayah dan anak ini sebagai bentuk durhaka yang lebih dahulu dilakukan oleh sang ayah dibandingkan oleh berkata, "Kamu mengadu perihal anakmu yang durhaka, ternyata kamu sendiri telah durhaka kepada anakmu sebelum anakmu durhaka kepadamu. Dan kamu telah memperlakukan buruk kepada anakmu sebelum anakmu memperlakukanmu dengan buruk."Mengutip Mutia Mutmainnah dalam buku Keajaiban Doa & Ridho Ibu, kisah umat muslim di masa Umar bin Khattab ini mengingatkan muslim tentang figur penting kedua orang tua dalam membangun karakter anak yang diasuh dan dibesarkannya. Rasulullah SAW pernah bersabda dalam haditsnya,كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِArtinya "Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dan kedua orang tuanyalah yang kemudian menjadikannya Nasrani, Yahudi, atau Majusi." HR Bukhari.Melalui kisah ini, Islam juga menegaskan kesuksesan dan kebahagiaan dunia akhirat akan sejalan dengan seberapa besar usaha dan perjuangan orang tua dalam mendidik, mengarahkan, dan membesarkan anak-anaknya sejak lahir hingga dewasa. Simak Video "Syakir Daulay Akhirnya Pulang dan Minta Maaf ke Orang Tua" [GambasVideo 20detik] rah/lus
Ilustrasi Orangtua Memarahi AnakTak sedikit orang tua yang menuntut putra-putrinya berbakti kepada orang tua. Tetapi dia sendiri tak paham bahwa ada pula sebutan ayah yang durhaka kepada anaknya. Jika anak durhaka nasib hidupnya sia-sia, begitupun orang tua yang durhaka kepada pada masa Umar bin Khattab ada seorang ayah yang menyeret putranya untuk dihadapkan kepada Amirul Mukminin. Di depan Umar, orang tua itu mengadukan kelakuan putranya yang tak mau menghormati dan durhaka padanya. “Mohon nasehati dia, wahai Amirul mukminin!” kata orang tua lalu menasehati anak lelaki itu. “Apa kamu tak takut kepada Tuhan-mu sebab ridha-Nya tergantung ridha orang tuamu.” Tak disangka-sangka anak itu berbalik tanya “Wahai Khalifah! Apa di samping terdapat perintah anak berbakti kepada orang tua, terdapat juga ajaran orang tua bertanggung jawab kepada anaknya?”.Umar bin Khattab menjawab “Ya, benar ada! Seharusnya seorang ayah menyenangkan dan mencukupi nafkah istri sekaligus ibu dari putra-putrinya, memberikan nama yang baik kepada putra-putrinya, serta mengajari putra-putrinya Al-Quran dan ajaran agama lainnya.”Mendengar penjelasan Amirul Mukminin, anak laki-laki itu membalas “Jika demikian, bagaimana aku berbakti kepada ayahku? Demi Allah, ayahku tak sayang kepada ibuku yang diperlakukan tak ubahnya seorang hamba sahaya. Sekali-kalinya dia mengeluarkan uang untuk ibuku, sebanyak 400 dirham untuk menebus ibuku. Dia juga tak menamaiku dengan nama yang baik Aku dinamai ayahku dengan nama “Juala” Jadian. Dia juga tak mengajariku mengaji, satu ayat pun!”Seketika itu Umar bin Khattab berpaling, matanya memandang tajam ke arah orang tua anak itu, sambil berkata “Kalau begitu bukan anakmu yang durhaka, tetapi kamulah orang tua durhaka!”Jadi, ayah yang durhaka tanda-tandanya adalah 1 tidak menyayangi secara lahir-batin istri yang menjadi sumber belajar pertama kali anak kandungnya. 2 berkata kasar dan tidak memanggil putra-putrinya dengan sebutan yang baik. 3 tidak mendidik putra-putrinya dengan pendidikan yang baik dan bermanfaat untuk masa depan al-Qayyim al-Jauzi dalam kitab “Tuhfat al-Maudud” juga pernah berkata “Barangsiapa menyia-nyiakan pendidikan yang berguna untuk masa depan anaknya dan putra-putrinya dibiarkan begitu saja, maka sungguh dia menjadi orang tua yang paling merugi. Kebanyakan anak menjadi rusak moralitasnya disebabkan faktor orang tua yang menyia-nyiakan pendidikan anaknya. Akibatnya anak itu tak berkembang akal pikirannya dan tak mendatangkan manfaat di masa depannya untuk kedua orangtuanya.”Oleh sebab itu, sebagai orang tua, terutama ayah, sepatutnya mencurahkan pikiran, tenaga, dan finansialnya untuk masa depan serta pendidikan buah hatinya. Berapa banyak yang dicurahkan orang tua untuk putra-putrinya semua adalah bernilai sedekah dan akan dilipatgandakan oleh Allah dari tulisan M. Ishom el-Saha Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten
kisah umat terdahulu yang dusta dan durhaka