Sabtu 17 Juli 2010 TUHAN TURUT BEKERJA DALAM SEGALA SESUATU Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Rm. 8:28. Beberapa tahun lalu di Skotlandia, keluarga Clark memiliki impian.
AllahTurut Bekerja Dalam Segala Sesuatu February 26, 2012 by GPdI Bethlehem Roma 8:28 "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Kitatahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28) Puji Tuhan, kita sampai di hari terakhir tahun 2020. Sebagian besar dari kita mungkin merasa bahwa tahun ini adalah tahun yang berat, bahkan terberat.
Ayat 28) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Melalui ayat di atas, Paulus memberitahukan bahwa Allah mengontrol kehidupan anak-anak-Nya. Semua yang terjadi pada kita sebagai anak-anak-Nya
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." Roma 8 : 28 Dalam kehidupan, banyak hal yang terjadi.
Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Ada sebuah kisah mengenai seorang pria yang hidup sendirian di suatu pulau. Ia adalah satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan sebuah kapal terdampar di pulau yang kecil dan tak berpenghuni di lepas pantai Pasifik. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelamatkannya, dan setiap hari dia mengamati langit mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatupun yang datang. Dengan menggunakan ranting kayu dan dedaunan yang ada di sekitaran pantai, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil untuk melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai. Tetapi suatu hari, setelah dia pergi mencari makan ke bagian tengah pulau, dia kembali ke gubuknya dan mendapati gubuk kecil itu terbakar, asap hitam mengepul ke langit. Menyadari bahwa Ia kehilangan tempat tinggal bahkan seluruh peralatan yang masih tersisa, dia menjadi sedih dan marah. “Tuhan, teganya Engkau melakukan ini padaku? Aku sudah mati-matian membangun gubuk itu untuk aku dapat beristirahat, kini semua jerih lelahku hilang begitu saja” dia menangis. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, pria ini terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu. Akhirnya, kapal nelayan itu menyelamatkannya. “Bagaimana kamu tahu bahwa aku di sini?” tanya pria itu kepada penyelamatnya. “Kami melihat tanda asap yang kamu kirim”, jawab mereka. Kami langsung bergegas menuju pulau ini karena menyadari bahwa engkau butuh pertolongan. Mempercayai bahwa Allah Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatu Mudah sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi buruk. Kita tidak boleh menyerah atau meragukan Tuhan karena Tuhan selalu bekerja di dalam hidup kita, baik dalam kesakitan dan kesusahan, baik dalam dukacita dan kegagalan. Ingatlah, ketika gubukmu terbakar, atau ketika kamu merasa semua jerih lelahmu sia-sia, mungkin itu “tanda asap” bagi kuasa Tuhan. Ketika pengalaman atau sesuatu yang buruk terjadi, kita harus berkata pada diri kita sendiri bahwa Tuhan pasti mempunyai rencana yang baik untuk kejadian tersebut. Seperti Paulus yang berkata kepada jemaat di Roma, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” Roma 828. Begitulah iman kita melihat bahwa rencana Allah memang baik, jauh melebihi keadaan dukacita atau pengalaman buruk yang kita alami. Kamu berkata, “Itu tidak mungkin.” Tuhan berkata, “Tidak ada hal yang tidak mungkin.” Lukas 1827 Kamu berkata, “Aku terlalu capai.” Tuhan berkata, “Aku akan memberikan kelegaan padamu.” Matius 1128 Kamu berkata, “Tidak ada seorangpun yang mencintai aku.” Tuhan berkata, “Aku mencintaimu.” Yohanes 316 dan Yohanes 1334 Kamu berkata, “Aku tidak bisa meneruskan.” Tuhan berkata, “Kasih karuniaKu cukup.” 2 Korintus 129 dan Mazmur 9115 Kamu berkata, “Aku tidak mengerti.” Tuhan berkata, “Aku akan menuntun langkah-langkahmu.” Amsal 35-6 Kamu berkata, “Aku tidak bisa melakukannya.” Tuhan berkata, “Kamu bisa melakukan semuanya di dalam-Ku.” Filipi 413 Kamu berkata, “Ini tidak berharga.” Tuhan berkata, “Itu akan berharga.” Roma 828 Kamu berkata, “Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.” Tuhan berkata, “Aku memaafkanmu.” 1 Yohanes 19 dan Roma 81 Kamu berkata, “Aku tidak bisa mengatasi masalah ini.” Tuhan berkata, “Aku akan menyediakan kebutuhanmu.” Filipi 419 Kamu berkata, “Aku takut.” Tuhan berkata, “Aku tidak memberikan padamu roh ketakutan.” II Timotius 17 Kamu berkata, “Aku selalu kuatir dan frustasi.” Tuhan berkata, “Serahkan segala kekuatiranmu kepadaku.” I Petrus 57 Kamu berkata, “Aku tidak mempunyai iman yang kuat.” Tuhan berkata, “Aku memberi setiap orang iman menurut ukurannya.” Roma 123 Kamu berkata, “Aku tidak pandai.” Tuhan berkata, “Aku memberikan padamu hikmat.” I Korintus 130 Kamu berkata, “Aku merasa aku sendirian.” Tuhan berkata, “Aku tidak akan pernah meninggalkanmu atau membiarkanmu.” Ibrani 135 Recommended for you
Roma 828 TB “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” Romans 828 NRSV “We know that all things work together for good for those who love God, who are called according to his purpose” Allah tidak tinggal diam setelah menciptakan segala sesuatunya. Allah tidak membiarkan manusia begitu saja, tetapi Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi manusia. Pertanyaannya adalah di bagian mana sajakah Allah turut bekerja bagi kita? Allah turut bekerja dalam segala sesuatu. Kata segala sesuatu berarti segala situasi dan kondisi, termasuk hal-hal yang buruk dan tidak mengenakkan sekalipun. Karena itu penting sekali kita belajar memahami cara Tuhan bekerja, karena Ia tidak pernah menjanjikan bahwa hidup orang percaya itu bebas dari masalah. Ingat! Tanpa melewati ombak dan gelombang tidak akan pernah dihasilkan seorang nahkoda yang handal! Justru di balik masalah selalu ada maksud dan rencana Tuhan yang indah, salah satunya adalah untuk menarik kita semakin mendekat kepada-Nya dan belajar bergantung kepada-Nya. Jika masalah, ujian atau penderitaan itu seijin Tuhan, hal itu pasti akan mendatangkan kebaikan bagi kita. “…sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula” Ayb. 517-18. Sebaliknya jika segala sesuatunya berjalan dengan baik dan mulus seringkali membuat kita terlena, iman pun tidak bekerja secara maksimal. Namun harus kita ingat bahwa, pertama, Allah tidak pernah bekerja dengan memakai jalan pintas. Bagi Allah proses terlebih penting dari pada jawaban doa kita, seringkali kita segalanya kita mau cepat selesai dan serba instan. Tetapi Tuhan mau agar kita menjalani prosesnya. karena Tuhan tahu kita mampu kalau kita percaya, Ada banyak contoh di Alkitab orang-orang yang hidup dalam proses bukan serba cepat atau instan contohnya Musa. Musa ingin cepat menjadi seorang pemimpin tetapi apa yang terjadi untuk dia menjadi seorang pemimpin, Tuhan harus membawa dia ke padang gurun selama 40 tahun untuk memimpin bangsa Israel yang tegar tengkuk. dari sinilhah kita melihat bagaimana Tuhan mempersiapkan Musa selama 40 Tahun. Kedua, Allah mau memakai setiap potensi yang kita miliki. Tuhan tidak pernah memberikan yang terbaik kepada orang yang malas dan tidak mau bekerja, jangan bermimpi bahwa Tuhan mau mengerjakan yang terbaik bagi masa depan kita, jika kita hanya tidur, malas dan bersantai-santai di rumah. Tuhan mau ada usaha yang harus kita lakukan. Pertanyaan terakhir adalah kepada siapa sajakah Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan itu? Pertama, kepada orang yang mengasihi Tuhan. Disaat persoalan hidup datang dalam hidup kita entah itu menyangkut keluarga, bisnis, keuangan, pekerjaan, ataupun pelayanan yang kita hadapi, pertama apa yang menjadi respon kita kepada Tuhan, apakah kita tetap mengasihi Dia? Seringkali kita marah dan diam putus asa, tidak lagi mau berdoa, kita mulai tidak percaya, disinilah kita di lihat. Apakah kita tetap setia dan percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita disaat semuanya diijinkan terjadi dalam hidup kita. Kedua, kepada orang yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya. Orang yang hidup dalam rencana Tuhan, adalah orang yang tidak akan pernah goyah sekalipun bisnis mereka hancur, sekalipun persoalan rumah tangga tidak kunjung selesai, atau pelayanan mereka tidak ada perubahan, tapi Dia tetap percaya dan tetap menjalani dengan iman, bukan menjauhkan dirinya dari pelayanan, Dia tetap akan berusaha dan tetap bekerja, karena dia percaya bahwa tuhan sanggup mengubah keadaan ini menjadi sesuatu yang baik, karena segala sesuatunya bekerja bersama-sama untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Karena itu, yakinilah bahwa Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. [Roma 828]Terhadap beberapa hal, seorang percaya sepenuhnya yakin. Ia tahu, misalnya, bahwa Allah duduk di buritan kapal ketika kapal paling tergoncang. Ia percaya bahwa ada tangan yang tidak terlihat selalu mengendalikan kemudi dunia, dan kemanapun takdir membawa, TUHAN mengemudikannya. Pengetahuan yang menenangkan itu menyiapkan dia menghadapi segalanya. Ia meninjau amukan air dan melihat Roh Yesus melangkahi ombak-ombak, dan ia mendengar suara yang berkata, "Aku ini, jangan takut!" [Mat 1427] Ia juga mengetahui Allah senantiasa bijak, dan, mengetahui ini, ia percaya tidak bisa ada kecelakaan, tidak ada kesalahan; tidak ada yang mungkin terjadi jika seharusnya tidak terjadi. Dia dapat berkata, "Jika aku harus kehilangan segala yang aku miliki, maka lebih baik aku kehilangan daripada memiliki, jika itu memang kehendak Allah bencana yang terburuk adalah hal terbijak dan hal terbaik yang mungkin menimpa aku, jika memang itu yang diperintahkan Allah." "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia." [Rom 828] Orang Kristen tidak hanya berpegang pada hal ini sebagai teori, tetapi ia mengetahui hal itu sebagai fakta. Segalanya telah bekerja untuk kebaikan hingga kini; campuran obat beracun dalam porsi yang pas telah menyembuhkan kita; potongan tajam pisau bedah telah membersihkan keangkuhan daging dan memudahkan penyembuhannya. Setiap peristiwa hingga kini telah menghasilkan suatu hasil yang paling diberkati secara ilahi; maka, dengan percaya bahwa Allah menguasai segalanya, bahwa Ia memerintah dengan bijak, dan Ia memunculkan kebaikan dari kejahatan, hati seorang percaya ditenangkan, dan dia dimungkinkan untuk bertemu dengan setiap pencobaan dengan tenang. Orang percaya dapat berdoa dalam roh kepasrahan yang sejati, "Kirim aku sesuai dengan kehendak Engkau, Allahku, asalkan itu berasal dari-Mu; tidak terhidang bagian yang rusak di meja-Mu untuk setiap anak-Mu." "Janganlah jiwaku berkata, 'Bagaimana Allah memelihara aku?' Ingat bahwa Yang Maha Kuasa memiliki pelayan di mana-mana. Cara-Nya agung, hati-Nya amatlah baik, Allah tidak pernah mendahului waktu-Nya, dan tidak pernah terlambat." [1]____________________[1] Say Not My Soul, J. J. Lynch, 1948 RENUNGAN PAGI diterjemahkan dari Morning and Evening Daily Readings, Charles H. Spurgeon. Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan. BAGIKAN MELALUI Unfortunately, we currently do not have English devotions available. © 2010–2023 Tim Alkitab © 2010–2023 Quick Bible Team
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya. Beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.” Begini ungkapan dalam bahasa Arabnya اعمل لدنياك كأنك تعيش أبداً ، واعمل لآخرتك كأنك تموت غداً “I’mal lidunyaaka ka-annaka ta’isyu abadan, wa’mal li-aakhiratika ka-annaka tamuutu ghadan.” Ungkapan di atas yang tepat bukanlah hadits dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah mengungkapkan, hadits tersebut kalau disebut dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidaklah benar walaupun hadits tersebut sudah sering diucapkan oleh kebanyakan orang. Dalam Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia jilid kedua juga disebutkan bahwa perkataan tersebut tidak tepat dikatakan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Apa Benar Ungkapan Tersebut? Kalau kalimat kedua, jelas benarnya. Beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok. Pengasuh Web Fatawa Al-Islam Sual wa Jawab, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafizhahullah mengungkapkan bahwa makna kalimat kedua tersebut benar. Kalimat tersebut memotivasi kita agar memperhatikan amalan untuk akhirat kita. Hendaklah kita mempersiapkan diri untuk akhirat kita. Perintah seperti ini jelas sangat-sangat dituntut. Bahkan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah banyak sekali yang mendukungnya. Adapun kalimat bagian pertama, bekerjalah di dunia seakan-akan engkau hidup selamanya, dari satu sisi ungkapan ini benar, dari sisi lain tidak benar. Makna yang benar, jika dipahami bahwa perlu mengambil sebab, perlu usaha juga dalam mencari rezeki dan serius dalam mengais rezeki di muka bumi dengan senantiasa mengharap ridha Allah. Atau bisa juga makna yang benar adalah kita diperintahkan untuk tidak cepat-cepat tergesa-gesa mencari dunia, beda dengan amalan untuk akhirat. Hendaklah bersabar dalam mencari dunia. Dunia yang tidak didapat hari ini, carilah besok. Makna seperti ini beda dengan yang dipahami kebanyakan orang yang menyangka bahwa dunia hendaklah semangat untuk dicari, hingga lupa akhirat. Sehingga makna yang keliru dari ungkapan di atas adalah jika mengajak mati-matian dalam mencari dunia. Yang tepat dunia memang kita cari, namun bukan jadi tujuan. Dunia hanyalah sarana untuk akhirat kita. Karena di dunialah tempat kita beramal shalih, namun bukan hidup selamanya. Akhirat Dikejar, Dunia Bisa Ditunda Ulama besar Kerajaan Saudi Arabia di masa silam dan pakar fikih pada abad ke-20, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengungkapkan, Perkataan … اعمل لدنياك كأنك تعيش أبداً ، واعمل لآخرتك كأنك تموت غداً “I’mal lidunyaaka ka-annaka ta’isyu abadan, wa’mal li-aakhiratika ka-annaka tamuutu ghadan.” [Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya. Beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok]. Ungkapan di atas termasuk HADITS PALSU hadits maudhu’. Maknanya pun tidak seperti dipahami kebanyakan orang. Banyak yang memahami maksud ungkapan tersebut adalah hendaknya kita mati-matian dalam mengejar dunia, akhirat akhirnya terlupakan. Bahkan makna yang tepat adalah sebaliknya. Hendaklah kita semangat dalam menggapai akhirat dan tak perlu tergesa-gesa dalam mengejar dunia. Ungkapan “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya”, maksudnya adalah apa yang tidak selesai hari ini dari urusan dunia, selesaikanlah besok. Yang tidak bisa selesai besok, selesaikanlah besoknya lagi. Jika luput hari ini, masih ada harapan untuk besok. Adapun untuk urusan akhirat, maka beramallah untuk urusan akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok. Maksudnya kita diperintahkan untuk segera melakukan amalan shalih, jangan menunda-nundanya. Anggap kita tak bisa lagi berjumpa lagi dengan esok hari. Bahkan kita katakan, bisa jadi kita mati sebelum esok tiba. Karena siapa pun kita tak mengetahui kapan maut menghampiri. Ibnu Umar radhiyallahu anhuma pernah menyatakan, إذا أصبحت فلا تنتظر المساء ، وإذا أمسيت فلا تنتظر الصباح ، وخذ من صحتك لمرضك ، ومن حياتك لموتك “Jika engkau berada di pagi hari, jangan tunggu sampai petang hari. Jika engkau berada di petang hari, jangan tunggu sampai pagi. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu. Manfaatkanlah waktu hidupmu sebelum datang matimu.” HR. Bukhari Itulah makna ungkapan yang masyhur di atas. Namun sekali lagi, kesimpulannya, ungkapan tersebut salah alamat jika disandarkan pada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lalu maknanya pun bukan seperti dipahami kebanyakan orang untuk terus mengejar dunia hingga kurang semangat menggapai akhirat. Bahkan makna yang tepat, hendaklah semangat bersegera dalam melakukan amalan akhirat, jangan sampai menunda-nunda. Adapun urusan dunia, ada kelapangan dalam menggapainya. Kalau tidak bisa menggapai hari ini, masih ada harapan untuk esok hari. [Fatawa Nur ala Ad-Darb • Fatawa Musthalah Al-Hadits, Syarh Al-Hadits wa Al-Hukmu alaiha] Semangat dalam bekerja di dunia tak masalah, namun jangan sampai lupa akhirat yang jadi tujuan utama dan tetap menempuh cara yang halal. Referensi Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab no. 130847 — Adisucipto Jogja, saat waiting menuju Jakarta di pagi hari yang penuh berkah, 3 Sya’ban 1437 H Oleh Al-Faqir Ila Maghfirati Rabbihi Muhammad Abduh Tuasikal Channel Telegram RumayshoCom, DarushSholihin, UntaianNasihat, RemajaIslam
kita tahu sekarang bahwa allah turut bekerja